5 Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi di Pulau Ganghwado, Korea Selatan

DEWA CASE — Korea Selatan (Korsel) punya sebuah pulau yang terletak sekitar 60 kilometer (km) barat laut kota Seoul. Pulau terbesar kelima Korsel ini bernama Pulau Ganghwado dan hanya berjarak kurang lebih satu jam perjalanan dari Seoul.

Seperti dilansir dari rilis yang diterima dari Korea Tourism Organization (KTO), pulau ini punya suasana yang begitu berbeda dengan Seoul. Pulau ini punya pegunungan luas, pemandangan samudera biru, dan suasana tenang.

Pulau ini juga memiliki sejarah yang unik karena pernah menjadi ibu kota Korsel di pertengahan abad ke-13 untuk melawan invasi Mongol.

Tak itu saja, karena terletak di muara sungai Hangang, Pulau Ganghwado juga memiliki kepentingan strategis, sehingga pernah menjadi tempat pertempuran berdarah dengan pasukan Perancis dan Amerika Serikat di abad ke-19.

Pulau Ganghwado juga jadi rumah bagi banyak tempat bersejarah dan budaya, seperti Oegyujanggak (Perpusataan Kerajaan Dinasti Joseon), gereja katolik bergaya hanok, dan pabrik yang dulu memproduksi kain katun.

Jaraknya yang dekat dari Seoul menjadikan pulau Ganghwado sebagai tujuan tepat untuk melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk kota Seoul. Wisatawan bisa bersantai menikmati wisata sejarah, pemandangan alam, dan makanan khas lokal di sana. Berikut ini beberapa atraksi wisata yang wajib dikunjungi saat berada di Pulau Ganghwado:

1. Situs Istana Goryeo

Tempat ini merupakan situs istana kerajaan Goryeo ketika melawan invasi Mongol dengan gigih selama 39 tahun. Setelah pasukan Mongolia mundur, ibukota kemudian pindah kembali ke Gaeseong. 

Situs Istana Goryeo

Istana ini sempat dibakar pada tahun 1866 oleh Angkatan Laut Perancis. Maka dari itu, saat ini yang tersisa hanyalah Kantor Utama Dongheon dan kantor administrasi Ibangcheong.

Tempat dan bangunan ini dikembalikan ke asalnya, serta menjadi kenang-kenangan juga pelajaran sejarah masyarakat Korsel akan perlawanan dan patriotisme terhadap agresi asing.

2. Gereja Anglikan Ganghwa

Gereja Anglikan ini pertama kali diperkenalkan ke Ganghwado pada 1890 oleh misionaris Inggris. Gereja ini kemudian dibuka untuk umum pada tanggal 15 November 1900.

Gereja Anglikan Ganghwa

Bangunan gereja memadukan sentuhan budaya Korea dan Barat. Gereja ini disebut sebagai gereja Katolik bergaya Hanok pertama era Joseon. Saat ini, Gereja Anglikan Ganghwa masih digunakan untuk misa setiap akhir pekan.

3. Dolmen Ganghwa

Pulau Ganghwado juga punya sebuah dolmen bernama dolmen Ganghwa. Dolmen ini merupakan perwakilan dolmen gaya utara dari era perunggu yang cocok dikunjungi para pencinta sejarah.

Dolmen Ganghwa

Pulau ini memang menyimpan banyak peninggalan zaman prasejarah, era Goryeo, dan era Joseon. Ada sekitar 20 puluh dolmen yang tersebar di sekitar gunung Goryeosan (436 meter dari permukaan laut).

4. Benteng Gwanghwasanseong

Benteng Gwanghwasanseong myang terbuat dari tanah. Benteng ini dibangun ketika Raja Gojong dari Dinasti Goryeo memindahkan ibu kota ke Ganghwado. Tentara Mongolia memaksa dinasti Goryeo untuk menghancurkannya. 

Suasana matahari terbenam di pos komando Namjangdae

Setelah itu, benteng ini dibangun kembali dengan batu. Namun, sebagiannya hancur selama perang melawan invasi Qing dari China pada 1637. Setelah melalui renovasi panjang, akhirnya benteng ini berhasil diselesaikan pada tahun 1711. 

Gwanghwasanseong ini sangat luas dan memiliki empat gerbang utama. Terdiri dari Manghanru (gerbang timur), Cheomhwaru (gerbang barat), Anparu (gerbang selatan), dan Jinsongru (gerbang utara). Ada pula dua pos komando (Bukjangdae dan Namjangdae). Kemudian empat gerbang pembantu yang digunakan sebagai jalan rahasia, dan dua gerbang air.

5. Ganghwa Folk Flea Market

Tak jauh dari Terminal Bus Ganghwa, pelancong bisa dengan mudah menemukan Ganghwa Folf Flea Market. Pasar ini dibangun pada 2007, berubah dari yang awalnya Ganghwa Folk Market. Perubahan tersebut dilakukan untuk menarik lebih banyak wisatawan. 

Ganghwa Folk Flea Market

Lantai satu pasar ini merupakan pusat ikan segar. Kemudian di lantai dua terdapat berbagai macam restoran yang menghidangkan makanan khas lokal yang lezat. Di sekitar pasar ini juga terdapat pasar tradisional yang hanya dibuka setiap hari kedua dan ketujuh setiap bulannya. Kamu bisa menemukan bubuk cabai merah, sayuran liar dari pegunungan, dan bahan makanan lainnya yang dijajakan penduduk lokal.