Telegram ditengah-tengah perang Hamas-Israel
DEWA CASE – Ketika Hamas mulai menyerang Israel pada 7 Oktober, kanal Telegram Hamas dibanjiri oleh video propaganda yang menunjukkan pelatihan dan juga perjuangan mereka melawan Pasukan Pertahanan Israel. Sejak perang dimulai, akun Hamas dan akun sayap militernya, Brigade Al-Qassam, berkembang pesat. Dimana akun Hamas telah memperoleh lebih dari 100.000 pengikut, dan pengikut akun Brigade Al-Qassam bertambah setengah juta pengikut baru.
Telegram adalah aplikasi messanging dan media sosial yang digunakan untuk mengirim pesan dan melakukan panggilan video. Telegram saat ini memiliki 800 juta pengguna di seluruh dunia. Aplikasi ini menjadi salah satu sumber utama penyebaran video dan informasi ke platform media sosial lainnya, termasuk X, Instagram, dan TikTok, tempat konten diposkan ulang tanpa verifikasi.
Sementara belum banyak pemberitaan di televisi atau dari media pemerintah dan pihak berwenang diam, namun di media sosial, gambar atau video tentara IDF yang tewas, penyerangan lewat udara, kegiatan para Militan, penculikan dan baku tembak bak di film action banyak ditemukan di aplikasi Telegram. Video dan gambar sensitif menjadi viral di berbagai platform media sosial dan kebanyakan dari konten paling ekstrem ketika ditelusuri kembali bermula dari Telegram.
Telegram telah menjadi salah satu saluran informasi utama selama perang Hamas-Israel. Sebagian besar postingan Hamas dan sekutunya adalah murni propaganda dan harus ditanggapi dengan bijaksana. Tidak hanya tontonan video kekerasan atau kekacauan, juga banyak bermunculan grup baru di telegram yang berisi teori-teori konspirasi. Di beberapa grup membahas dan menyalahkan IDF yang telah mengkhianati Netanyahu. Grup teori konspirasi lain mengklaim bahwa itu semua adalah operasi palsu yang dilakukan perdana menteri Israel, dan masih banyak lagi.
Telegram yang dijadikan ‘senjata’ oleh Hamas ini menurut beberapa ahli memainkan peran kunci dalam serangan psikologis. Kurangnya moderasi konten di aplikasi Telegram ini, ditambah dengan banyaknya saluran dan grup publik, memungkinkan jutaan orang dengan cepat dan mudah menjangkau konten.
Apple dan Google telah menghimbau Telegram tersebut untuk melarang saluran utama Hamas, namun Pavel Durov pemilik Telegram menyatakan kesulitan untuk menjaga ketertiban dalam suatu konflik, dan menyinggung peringatan Hamas sebelum serangan terhadap kota Ashkelon di Israel sebagai alasan untuk tidak memblokir saluran Hamas. Pavel : “Apakah dengan menutup saluran mereka akan membantu menyelamatkan nyawa atau akankah hal ini membahayakan lebih banyak nyawa?”