Ternyata begini caranya para gamers tuna netra bermain game

DEWA CASE – Bagi sebagian besar orang bermain game menjadi salah satu sarana relaksasi di waktu senggang. Tapi untuk Ben Breen, yang lahir prematur empat bulan lebih awal yang mengakibatkannya buta sejak lahir, untuk bisa menguasai sebuah permainan membutuhkan konsentrasi yang intens dan gabungan antara memori otot dengan waktu yang sangat tepat. 

Memori otot atau muscle memory adalah kemampuan untuk mereproduksi gerakan tertentu tanpa pikiran sadar, yang diperoleh sebagai hasil dari pengulangan gerakan tersebut. Singkatnya, muscle memory adalah ingatan dari otot tubuh terhadap aktivitas yang pernah mereka lakukan. Contohnya seperti mengendarai sepeda, mengetik, dan memainkan alat musik. Ketika sebuah gerakan diulang dari waktu ke waktu, memori otot  yang pada akhirnya memungkinkan gerakan yang sering diulang tersebut dilakukan tanpa usaha sadar. Proses ini mengurangi kebutuhan akan perhatian dan menciptakan efisiensi maksimum dalam sistem motorik dan memori.

Ben mulai bermain game di PC-nya tanpa teknologi yang dapat membantunya memahami game tersebut. Seperti permainan Rock Band (di mana pemain harus menekan urutan tombol berwarna mengikuti irama musik)  Ben harus duduk selama sekitar 2 jam  dengan cermat mempelajari memori otot yang diperlukan untuk memainkan pola yang rumit. Hingga akhirnya dia bisa memainkan beberapa lagu tersulit dalam permainan hanya dengan mengandalkan memori ototnya.

Itu sebelum Ben mengenal teknologi pembaca layar atau screen reader, yakni software yang dapat “membacakan” teks pada layar dengan output berupa suara. Dan setelah lebih banyak pengembang permainan menambahkan fitur-fitur khusus yang ramah untuk orang dengan gangguan penglihatan, Ben mulai memainkan permainan audio dengan grafis dasar yang dirancang untuk orang-orang dengan penglihatan rendah atau tanpa penglihatan dan bahkan memainkan game yang lebih umum untuk semua orang dengan berbagai kemampuan.

Ben mengatakan bahwa dia telah menyelesaikan beberapa permainan mode cerita yang paling menantang secara teknis, sebut saja Soulcalibur V dan Mortal Combat 9. Dan juga secara konsisten mengalahkan teman-temannya di permainan Rock Band dengan memanfaatkan ‘kecacatannya’ sebagai keuntungannya karena dia tidak mungkin terganggu oleh grafik mencolok yang sering dianggap menganggu konsentrasi oleh orang dengan mata normal.

Ben juga tidak biarkan kondisi menghentikannya untuk bermain game 3D seperti Duke Nukem, meski harus mendapatkan bantuan teman untuk memberinya panduan kapan harus menembak atau meledakkan sesuatu dan lain-lainnya. Karena dia juga menyukai permainan yang kompetitif dan dimainkan oleh lebih banyak orang.

Meski telah melihat lebih banyak pengembang menambahkan fitur ke game yang meningkatkan pengalaman orang dengan gangguan penglihatan. Tapi Ben berharap lebih banyak studio game besar mengingat dan mempertimbangkan orang-orang dengan gangguan penglihatan sepertinya saat mengembangkan game mereka. 

The Last Of Us Part 1 untuk PS5 yang dirilis pada bulan September adalah contoh game dengan lebih banyak fitur yang disematkan untuk mereka yang kehilangan penglihatan. Fitur-fitur yang dimaksud adalah seperti Fitur membuat jalan pintas pada handset, dan mengunci bidikan dalam game pertarungan. Narasi layar memberi tahu pengguna apa yang terjadi secara visual di layar, sementara alat bantu navigasi memungkinkan pemain menentukan jarak mereka dari objek dan musuh.

Belum lama ini pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Abertay University, kampus pertama di dunia yang memberikan gelar game komputer, bersama dengan Royal National Institute of Blind People (RNIB), Ben berbagi pengalamannya kepada perwakilan Google, EA Games, dan Microsoft tentang bagaimana videogame dapat ditingkatkan dan harapannya untuk para pengembang masa depan untuk membuat semua game mereka dapat diakses oleh semua orang, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Ben menambahkan, kehilangan penglihatan adalah spektrum, namun permainan bukanlah sesuatu yang mustahil, tetapi lebih banyak yang harus dilakukan dalam hal membuat permainan dapat lebih mudah diakses. Dengan mengatakan peningkatan aksesibilitas sama dengan peningkatan penjualan.