Alasan Lansia Rentan Terinfeksi Covid-19
DEWA CASE — Lansia masuk dalam kelompok rentan terinfeksi covid-19. Namun apa alasan khususnya kaum lansia masuk golongan rentan?
Profesor Universitas McGill Jaswinder Singh menulis dalam jurnalnya perihal alasan ilmiah mengapa lansia termasuk dalam kelompok yang rentan dan mengalami kondisi parah saat tertular virus corona (Covid-19).
Singh menyebut faktor penularan itu dapat ditemukan dalam protein yang terlibat saat virus mulai menginfeksi tubuh lansia. Dalam hal ini, virus akan mengikat sel inang yang berbeda.
Oksidasi sel yang lebih besar dengan penuaan dan penyakit dapat menjadi penyebab utama mengapa lansia dan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid lebih sering terinfeksi virus ini.
“Covid-19 menyerang orang tua dan orang-orang dengan kondisi kronis, lebih parah daripada yang muda dan sehat,” kata Singh dikutip dari science daily.
Singh menyebut lebih dari 65 juta orang telah terinfeksi dan sekitar 1,5 juta telah meninggal karena Covid-19. Virus ini, lanjut Singh, tentu saja mengganggu ekonomi dan rantai pasokan makanan di seluruh dunia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kategori lansia merupakan mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Kelompok ini perlu lebih waspada, terlebih yang memiliki penyakit penyerta seperti penyakit autoimun, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, dan jantung.
Adapun lansia menjadi golongan rentan tertular covid-19, sebab kondisi mereka yang sudah mulai kehilangan kelenjar timus, lalu permukaan kulit semakin menipis, kelenjar lendir berkurang dan fungsi organ-organ tubuh menurun.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Computational and Structural Biotechnology Journal, pihaknya telah menganalisis urutan protein yang tersedia dari virus dan reseptor sel inang di berbagai rempah untuk mencari tahu alasannya.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim ilmuwan multidisiplin yang dipimpin oleh Singh, dengan anggota tim Rajinder Dhindsa dari Universitas McGill, Baljit Singh dari Universitas Calgary, dan Profesor Vikram Misra dari Universitas Saskatchewan.
Hasil penelitian itu menunjukkan fakta, begitu virus corona berada di dalam sel inang, virus akan membajak mesin metabolisme sel untuk bereplikasi dan menyebar.
Lonjakan protein virus menempel pada reseptor protein di permukaan sel inang yang disebut ACE2 kemudian menyatukan membran di sekitar sel dan virus secara bersama-sama.
Proses itu memungkinkan virus memasuki sel dan mengkooptasi mesin pembuat proteinnya untuk membuat salinan baru dari dirinya sendiri. Salinan itu virus kemudian melanjutkan kerjanya untuk menginfeksi sel sehat lainnya.
“Analisis kami menunjukkan bahwa oksidasi sel yang lebih besar pada orang tua atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang kronis dapat mempengaruhi mereka terhadap infeksi, replikasi dan penyakit yang lebih parah,” kata Profesor Biologi Emeritus di Universitas McGill Rajinder Dhindsa.
Untuk langkah selanjutnya, para peneliti mengatakan teknologi Clustered regularly interspaced short palindromic repeats (CRISPR) diharapkan dapat digunakan untuk mengedit urutan protein dan menguji teori mereka.
Para peneliti juga mencari protein lain di dekat reseptor ACE2 yang dapat memfasilitasi masuknya virus untuk melihat apakah mereka berperilaku dengan cara yang sama.