Benarkah Covid-19 Bisa Menular Lewat Air Mani? Ini Dugaan Ahli!
DEWACASE — Para ilmuwan mengaku tidak bisa mengabaikan risiko penularan virus corona Covid-19 melalui air mani, meskipun hal itu masih sedikit buktinya.
Seorang ahli juga telah memperingatkan bahwa pria perlu khawatir kalau virus corona Covid-19 bisa mempengaruhi kesuburan mereka.
Profesor Allan Pacey, ahli andrologi di University of Sheffield dan mantan ketua British Fertility Society, telah menbaca 14 makalah ilmiah yang fokus pada SARS-CoV-2, yakni virus yang menyebabkan Covid-19 dan hubungannya dengan kesuburan pria.
Satu penelitian serupa yang melibatkan sekelompok kecil pria di rumah sakit di China karena terinfeksi virus corona juga dinyatakan positif Covid-19 dalam air maninya.
Sementara itu, ada penelitian kecil yang menunjukkan bahwa jumlah sperma pria yang terinfeksi virus corona Covid-19 menurun setelah mereka didiagnosis penyakit tersebut.
Prof Pacey mengatakan studi itu memang memberikan peringatan khusus pada pria, tapi tak bisa dianggap sebagai kesimpulan mutlak karena hanya melibatkan sejumlah kecil pria.
“Menurut saya masih sangat sedikit datanya. Saya pikir pria dalam kelompok kecil itu masih perlu tinjauan lebih lanjut,” ujar Prof Pacey dikutip dari The Sun.
Prof Pacey menduga sekelompok kecil pria itu mungkin memiliki ujung spektrum yang tidak subur. Sehingga mereka cenderung mengalami efek samping lebih besar ketika terinfeksi virus corona, terutama pada kesuburannya.
Di sisi lain, Prof Pacey juga tidak bisa mengesampingkan risiko penularan virus corona melalui air mani meskipun masih sedikit buktinya. Tapi, ia membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
“Ada sedikit bukti bahwa virus corona Covid-19 terdeteksi di dalam air mani, ada beberapa analisis yang menunjukkan bahwa virus itu mungkin ada di dalam testis,” ujar Prof Pacey.
Hal itu tidak mengherankan, karena semua jenis virus bisa bertahan hidup di dalam testis, seperti ebola, demam berdarah dan zika.
Tetis adalah suatu tempat kekebalan tubuh yang bisa membuat virus bertahan dalam waktu yang lama tanpa menyebabkan patologi klinis pada individu.
Sementara itu, Ashley Moffett, profesor emeritus imunologi reproduksi di University of Cambridge, juga mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa wanita hamil berisiko meninggal akibat virus corona.
Meski begitu, masih terlalu dini untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19 pada ibu hamil. Karena, uji coba vaksin Covid-19 tidak melibatkan ibu hamil.