Facebook diadukan oleh mantan pegawainya sebagai ‘penyakit berbahaya’
DEWACASE – Senin, (04/10/2021), Facebook, Instagram dan WhatsApp mengalami gangguan selama hampir 5 jam lamanya. Dan gangguan tersebut mengakibatkan kerugian sebesar US$ 65juta dan saham Facebook turun 4,8% hari itu. Yang berdampak juga terhadap kekayaan Mark Zuckerberg yang turun $5,9miliar, tapi dia tetap adalah orang terkaya ke-6 di dunia.
Melansir engadget.com, menurut Santosh Janardhan, wakil presiden infrastruktur Facebook, gangguan bermula dengan apa yang seharusnya adalah tindakan pemeliharaan rutin untuk memeriksa ketersediaan jaringan inti secara tidak sengaja malah memutuskan koneksi tersebut. Janardhan menambahkan juga bahwa bug dalam sistem audit internal perusahaan gagal mencegah terjadinya insiden tersebut.
Lalu keesokan harinya, Selasa, (05/10/2021), Frances Haugen, seorang mantan pegawai yang menjabat sebagai data scientist di Facebook, maju dan bersaksi didepan Senat AS menuduh kantor lamanya itu mengutamakan keuntungan diatas keamanan dan keselamatan khalayak ramai. Dengan membawa serta dokumen-dokumen hasil penelitian dan komunikasi internal yang berhasil dia kumpulkan sebelum dia keluar dari Facebook.
Itu bukan merupakan skandal pertama yang pernah Facebook hadapi. Facebook pernah menghadapi kontroversi memiliki peran dalam upaya Rusia untuk mempengaruhi pemilu AS pada tahun 2016. Dan skandal Facebook – Cambridge Analytica pada tahun 2018 di mana Cambridge Analytica mengumpulkan data pribadi jutaan pengguna Facebook tanpa persetujuan dan menggunakan data tersebut untuk iklan Politik. Yang membuat pemerintah AS lebih ‘melek’ dan mengetatkan hukum terkait penggunaan data pribadi oleh perusahaan teknologi.
Lalu apa saja isi dokumen yang berhasil ‘diamankan’ oleh Haugen? Adalah dokumen hasil penelitian dan komunikasi internal yang menunjukkan bahwa sebenarnya Facebook menyadari atas adanya ‘penyakit’ pada platform mereka. Seperti pengaruh buruk Instagram terhadap kesehatan mental gadis remaja dan keberadaan kartel narkoba dan perdagang manusia di aplikasinya. Haugen mengatakan jajaran pimpinan perusahaan mengetahui bagaimana cara membuat Facebook dan Instagram lebih aman tetapi menolak melakukannya karena mereka menempatkan keuntungan mereka di atas keselamatan orang banyak.
Penelitian internal Facebook yang termasuk dalam salah satu dokumen yang dibawa oleh Haugen menunjukkan bahwa 13,5% remaja putri menyatakan bahwa Instagram memicu atau memperburuk pemikiran untuk bunuh diri, 17% remaja putri menyatakan bahwa Instagram memiliki andil dalam gangguan makan mereka dan 32% gadis remaja mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan buruk terhadap tubuh sendiri dan Instagram membuatnya semakin buruk.
Pengacara Haugen pun mengatakan bahwa kliennya sempat mengajukan setidaknya delapan pengaduan ke Securities and Exchange Commission AS, menuduh Facebook menyesatkan pemegang sahamnya dengan pernyataan publiknya tentang keberadaan ujaran kebencian, bagaimana jaringan sosial dimanfaatkan menjelang dan selama kerusuhan 6 Januari di US Capitol, dan bagaimana algoritma-algoritma memberikan informasi yang salah.
Haugen yang menghabiskan dua tahun di Facebook untuk bekerja dalam tim yang memerangi kesalahan informasi politik jadi semakin kecewa dengan kegagalan perusahaan untuk membuat platformnya lebih aman. Hingga akhirnya dia berbicara kepada Senate Commerce Subcommitte AS tentang Perlindungan Konsumen, mengatakan bahwa Facebook harus pula tunduk pada peraturan pemerintah yang sama yang berlaku pada perusahaan besar yang memproduksi tembakau, mobil, dan opioid yang erat hubungannya sebagai masalah dalam masyarakat.
CEO Facebook Mark Zuckerberg menanggapi tuduhan Haugen itu dengan postingan panjang yang intinya mengatakan bahwa klaim-klaim Haugen tidak masuk akal dan menggambarkan pencitraan yang salah mengenai Facebook dan Instagram.
“Inti dari tuduhan ini adalah isu bahwa kami memprioritaskan keuntungan di atas keselamatan dan kesejahteraan. Itu tidak benar,” tulis Zuckerberg dalam postingannya.
Untuk mendukung pernyataannya, pimpinan Facebook ini membahas mengenai Meaningful Social Interactions (MSI) yang dirancang untuk menampilkan lebih sedikit video viral dan lebih banyak menampilkan konten dari teman dan keluarga. Yang diyakini dapat membuat orang menghabiskan lebih sedikit waktu di situs web, karena penelitian menunjukkan itu adalah hal yang benar untuk dilakukan demi kesejahteraan masyarakat.
Namun dalam kesaksian Haugen, dia menggambarkan MSI dengan cara yang kurang menarik. Dia mengatakan Zuckerberg memilih untuk menerapkan MSI daripada perubahan-perubahan yang akan secara signifikan mengurangi informasi yang salah dan konten menghasut lainnya. Haugen mengatakan CEO menolak ketika diberi solusi untuk membuat Facebook “sedikit viral, lebih kalem” karena berdampak negatif pada metrik MSI.