Kecerdasan buatan Chat GPT mengancam atau membantu?
DEWACASE – Munculnya Chat GPT dengan cepat langsung menjadi bahan pembicaraan semua orang. Bagi yang masih asing dengan apa itu Chat GPT, adalah varian dari model bahasa GPT (Generative Pre-training Transformer) yang dirancang khusus untuk menghasilkan teks dengan cara seperti chatbot. AI atau artificial intelligent atau kecerdasan buatan ini dilatih pada kumpulan data besar percakapan manusia-manusia hingga mampu menghasilkan respons terhadap permintaan atau pertanyaan. Beberapa orang yang telah mencoba menggunakan Chat GPT begitu terkesima dengan kemampuan AI ini hingga ada yang berspekulasi bahwa begitu pintarnya Chat GPT mungkin dapat menjadi ancaman atau boomerang bagi manusia.
Chat GPT dirancang untuk meniru percakapan manusia. AI ini dapat mengingat hal-hal yang Anda katakan padanya di masa lalu dan mampu mengoreksi dirinya sendiri ketika salah. Chat GPT memiliki banyak pengetahuan karena dilatih pada semua jenis teks dari internet, seperti Wikipedia, posting blog, buku, dan artikel akademis yang faktual, informatif, dan tertulis dengan baik. Teknologi ini menghadirkan potensi tak terbatas yang bermanfaat untuk manusia dalam melakukan pekerjaan seperti pemasaran, layanan pelanggan, eCommerce, hiburan, sumber daya, dan banyak lagi!
Namun mesi dinilai sangat pintar, Chat GPT tetap memiliki kelemhan, diantaranya adalah:
1. ChatGPT tidak selalu benar
ChatGPT melakukan kesalahan dan OpenAI sebagai penggembang mengetahui tentang keterbatasan ini dengan menulis: “ChatGPT terkadang menulis jawaban yang terdengar masuk akal tetapi salah atau tidak masuk akal.”
“Halusinasi” fakta dan fiksi ini, sebagaimana beberapa ilmuwan menyebutnya, sangat berbahaya jika menyangkut nasihat medis. Tidak seperti Siri atau Alexa yang menggunakan internet untuk mencari jawaban, ChatGPT mendapatkan jawaban dengan membuat serangkaian tebakan berdasarkan apa yang telah dipelajarinya, yang merupakan bagian dari alasan mengapa ChatGPT dapat memperdebatkan jawaban yang salah seolah-olah itu sepenuhnya benar. Meskipun sangat bagus dalam menjelaskan konsep yang rumit, menjadikannya alat yang ampuh untuk belajar, penting untuk tidak memercayai semua yang dikatakannya. ChatGPT tidak selalu benar—setidaknya, belum.
2. Chat GPT membuat pelajar tidak belajar
Para guru yang mengajar pelajar-pelajar bereksperimen dengan memberikan tugas bahasa Inggris ke ChatGPT dan mendapatkan hasil yang dinili lebih baik daripada yang dapat dilakukan oleh banyak dari pelajar. Dari menulis surat pengantar hingga mendeskripsikan tema utama dalam karya sastra terkenal, ChatGPT dapat melakukannya. Itu menimbulkan pertanyaan: jika ChatGPT dapat menulis untuk manusia, lalu apakah pelajar kemudian perlu belajar menulis di masa mendatang? Ini mungkin tampak seperti pertanyaan eksistensial, tetapi saat siswa mulai menggunakan ChatGPT untuk membantu menulis esai mereka, sekolah harus memikirkan dampak baik dan buruknya.
3. Chat GPT bisa merugikan di dunia nyata
Telah disebutkan bahwa Chat GPT tidak selalu benar dan bisa menghasilkan informasi salah yang dapat menyebabkan kerusakan di dunia nyata, contoh yang paling jelas adalah saran medis yang salah. Ada kekhawatiran lain juga. Bayangkan apabila Chat GPT dimanfaatkan oleh akun media sosial palsu dengan mengunakannya sebagai AI chatbots, penipuan internet akan menjadi lebih mudah dilakukan. Penyebaran informasi palsu juga menjadi kekhawatiran lain, karena ChatGPT membuat jawaban yang salah pun terdengar benar secara meyakinkan. Masalah itu yang dialami oleh Stack Exchange, situs web tempat pengguna dapat memposting pertanyaan dan mendapatkan jawaban.
4. Chat GPT dapat membuat manusia menjadi bodoh dan malas
Chat GPT mematikan kreativitas manusia dan mengurangi keinginan manusia untuk mengasah otak dan kemampuan diri. Manusia akan berhenti bekerja keras dan kemampuan berpikir berkurang.