Setelah Artificial Intelligent muncul Artificial Womb. Mungkinkah?
DEWACASE – Apakah benar? Bisakah manusia mengembangkan bayi dalam rahim buatan atau Artificial womb? Dalam sebuah video berdurasi 8:40 menit berjudul “EctoLife: World First Artificial Womb Facility” yang bisa Anda temukan di YouTube, menggambarkan bagaimana fasilitas EctoLife menjelaskan cara baru dan kontroversial untuk hamil, yakni dengan melalui rahim buatan atau Artificial Womb yang tampak seperti sebuah telur transparan berteknologi canggih dimana janin diciptakan dan tumbuh didalamnya.
Narator dalam video tersebut kemudian menerangkan bagaimana fasilitas EctoLife dapat membantu para perempuan yang tidak bisa memliki keturunan karena suatu penyakit atau kondisi tertentu untuk tetap bisa memiliki anak. Bahkan klinik kontoversial ini mengatakan bahwa para calon orangtua dapat merancang sendiri anak mereka. Segala sesuatu mulai dari warna mata dan rambut hingga kekuatan, tinggi badan, dan kecerdasan dapat dipilih, dan menghindari penyakit genetik warisan. Dan lebih lanjut dikatakan bahwa fasilitas ini mampu mengembangkan 30.000 bayi yang tumbuh di laboratorium setiap tahunnya.
Apakah itu terdengar seperti tidak masuk akal bagi Anda? Jika Anda menjawab ya, Anda ‘mungkin’ benar untuk sementara waktu. EctoLife tidaklah nyata. EctoLife adalah video fiksi dan hanya sebuah konsep atau gagasan. Video futuristik yang belakangan viral di media sosial ini merupakan gagasan dari Hashem Al-Ghaili, pria kelahiran Yemen, seorang produser dan pembuat film dengan latar belakang biologi molekuler yang berbasis di Berlin, Jerman.
Di situs webnya, Al-Ghaili mengatakan dia menggunakan latar belakang sains dan teknologinya untuk mengembangkan konsep baru tersebut. Konsep itu dirancang untuk ‘mulai membayangkan masa depan’ dimana akan muncul metode baru menjadi orang tua yang diyakini Al-Ghaili akan mungkin terjadi dalam beberapa tahun, dan akan meluas dalam beberapa dekade ke depan. Dimana konsep rahim buatan ini akan membantu negara-negara dengan tingkat pernikahan dan kelahiran yang terus menurun seperti di Jepang, Korea Selatan dan Bugaria.
Al-Ghaili berargumen bahwa kehamilan itu tidak selamanya menyenangkan. Kehamilan bisa melelahkan, menyakitkan, memuakkan, mengganggu, tidak nyaman, dan terkadang berbahaya bagi ibu dan janin itu sendiri. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, Al-Ghaili, yakin untuk dapat mereplikasi kondisi kehamilan yang ideal dalam rahim buatan yang suhu nya dapat dikontrol, bebas infeksi dan dapat di pantau setiap saat perkembangannya lewat cangkang tembus pandangnya. Tali pusat buatan dapat memberikan oksigen dan nutrisi saat janin mengapung dalam cairan ketuban buatan, yang terus disegarkan dengan hormon, antibodi, dan faktor pertumbuhan yang dirancang dengan tepat.
Tanda-tanda vital janin dapat terus dipantau, seperti cacat fisik, kelainan genetik dll. Real-time notification akan muncul melalui aplikasi di telepon Anda untuk melaporkan temuan apapun. Bahkan untuk orangtua, ayah atau ibu yang menginginkan perasaan ketika bayi menendang, mereka bisa mengenakan baju haptic untuk mendapatkan sensasi tersebut. Apa lagi yang kurang? apabila orangtua tidak menginginkan bayinya ditempatkan di ladang rahim buatan bersama dengan janin-janin lainnya, mereka bisa membawa ‘telur’ bertenaga baterai mereka ke rumah. Speaker kecil yang terdapat di rahim buatan memastikan janin mendapatkan nutrisi otak terbaik. Janin bisa mendengar suara orangtuanya untuk membangun ikatan dan orang tua dapat memainkan musik klasik yang konon baik untuk pertumbuhan otak janin.
Profesor Joyce Harper, kepala Kelompok Ilmu Reproduksi dan Masyarakat, di UCL Institute for Women’s Health, memungkinkan konsep rahim buatan ini.
“Saya yakin pada titik tertentu, kebanyakan bayi akan diproduksi oleh IVF. Dan [EctoLife] ini akan menjadi suatu kemungkinan. Dalam sains, saya pikir Anda tidak boleh mengatakan mustahil. Jika Anda benar-benar memperhatikan apa yang terjadi dalam 50 tahun terakhir dan apa yang telah kita capai sekarang, banyak hal yang seolah tidak mustahil menjadi mustahil. Saya sudah berumur dan adalah penggemar film Star Trek, ada bagian di mana mereka melakukan panggilan video, dan Anda tahu, saya tidak pernah berpikir saya akan melakukan panggilan video kepada anak-anak saya di FaceTime.”