Starlink internet berbasis satelit milik Elon Musk resmi masuk Indonesia
DEWA CASE – Starlink, layanan internet berbasis satelit yang diciptakan oleh SpaceX, milik pengusaha visioner Elon Musk resmi beroperasi di Indonesia sejak Senin (20/5/2024). Starlink pertama kali diluncurkan pada bulan Februari 2018. Diharapkan Starlink dapat menyediakan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah bahkan hingga ke sudut paling terpencil di planet ini.
Untuk Indonesia yang notebene adalah negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, Starlink bisa menjadi solusi efektif untuk menjembatani tantangan besar dalam menyediakan konektivitas internet yang andal terutama di daerah-daerah terpencil atau pedalaman yang kerap mengalami masalah dalam mengakses internet.
Keuntungan menggunakan Starlink di Indonesia
- Cakupan Luas
Infrastruktur internet tradisional kesulitan menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia karena letak geografisnya yang kompleks. Konstelasi satelit Starlink dapat menyediakan jangkauan internet di seluruh nusantara, termasuk daerah pedesaan dan daerah tertinggal.
- Konektivitas berkecepatan tinggi
Dengan kecepatan mulai dari 50 Mbps hingga 150 Mbps, Starlink menawarkan internet lebih cepat dibandingkan banyak opsi yang ada di Indonesia. Konektivitas berkecepatan tinggi ini dapat merevolusi industri seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan e-commerce, memungkinkan transfer data lebih cepat dan pengalaman online yang lebih baik.
- Keandalan
Layanan internet satelit tradisional, yang mengandalkan satelit geostasioner dapat mengalami masalah latensi. Satelit low Earth Orbit (LEO) yang dimanfaatkan Starlink mengorbit lebih dekat ke Bumi, sehingga mengurangi latensi dan menyediakan koneksi yang lebih andal, bahkan di daerah terpencil.
- Skalabilitas
Starlink terus mengerahkan satelit tambahan dan meningkatkan teknologinya yang bedampak positif terhadap skalabilitas layanannya di Indonesia. Skalabilitas ini memastikan bahwa seiring dengan meningkatnya permintaan, jaringan dapat diperluas untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak pengguna.
- Konektivitas dalam keadaan darurat
Indonesia rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, yang dapat mengganggu infrastruktur komunikasi tradisional. Jaringan berbasis satelit Starlink dapat menyediakan konektivitas darurat selama krisis tersebut, memungkinkan waktu tanggap yang lebih cepat dan koordinasi upaya bantuan.
Tantangan dan kelemahan Starlink
- Biaya
Biaya awal peralatan dan biaya berlangganan Starlink mungkin mahal bagi sebagian pengguna di Indonesia, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan dan berpenghasilan rendah. Dengan biaya sekitar Rp750.000 per bulan, Starlink lebih mahal daripada layanan lokal yang menawarkan kecepatan hingga 250 Mbps dengan harga Rp400.000 – Rp500.000 per bulan.
- Peletakan terminal wajib minim halangan
Untuk berfungsi optimal, terminal Starlink harus dipasang di area terbuka tanpa halangan seperti pohon atau bangunan tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat jaringan yang frekuensinya mudah terganggu oleh penghalang fisik atau cuaca buruk.
- Tidak cocok untuk daerah perkotaan
Starlink kurang sesuai untuk daerah perkotaan yang padat. Interferensi sinyal di wilayah dengan banyak bangunan tinggi dapat mengurangi efektivitas layanan ini.